Saya bukanlah seniman, sejarahwan ataupun budayawan, tetapi
saya hanyalah salah satu dari masyarakat bangsa karo yang mencintai budaya
karo, melalui tulisan ini saya ingin lebih memperkenalkan suku karo kepada
khalayak umum dan juga sebagai sarana bagi saya untuk lebih memahami budaya
dari suku saya sendiri.karena dengan membuat tulisan ini saya harus membaca
banyak artikel & buku mengenai suku karo.
Seluruh tulisan mengenai budaya karo yang saya tulis dibawah
ini, saya rangkum dari berbagai sumber. Rangkuman tersebut tentunya saya buat
sesuai dengan pemahaman saya tentang karo, kalau ada kekurangan mohon maaf dan
mohon koreksinya.
Marga/Merga Ginting
Merga Ginting merupakan salah satu marga yang ada pada suku karo . Dalam suku karo Merga Ginting dikenal lantang dalam berbicara. Kalau memang pendapatnya benar pasti akan terusdipertahankan.Merga Ginting terbagi menjadi sub-sub merga, yaitu :
1.
Ginting
Pase
Ginting Pase sudah tidak ada lagi, tetapi
menurut legenda Ginting Pase sama dengan Ginting Munthe. Merga Pase
juga ada di Pak-Pak, Toba dan Simalungun. Ginting Pase dulunya mempunyai
kerajaan di Pase dekat Sari Nembah sekarang. Cerita Lisan Karo mengatakan bahwa
anak perempuan (puteri) Raja Pase dijual oleh bengkila nya (pamannya)
ke Aceh dan itulah cerita cikal bakal kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Untuk
lebih jelasnya dapat di telaah cerita tentang Beru Ginting Pase.
2.
Ginting
Munthe di Kutabangun,
Ajinembah, Kubu, Dokan, Tanggung, Munte, Rajatengah, dan Bulan Jahe.
Menurut cerita lisan Karo, Merga Ginting Munthe
berasal dari Tongging, kemudian ke Becih dan Kuta Sanggar serta kemudian ke Aji
Nembah dan terakhir ke Munthe. Sebagian dari merga Ginting Munthe telah pergi
ke Toba (Nuemann 1972 : 10), kemudian sebagian dari merga Munthe dari
Toba ini kembali lagi ke Karo. Ginting Muthe di Kuala pecah menjadi Ginting
Tampune.
3.
Ginting
Manik di Tongging dan
Lingga.
Ginting Manik menurut cerita masih saudara
dengan Ginting Munthe. Merga ini berasal dari Tongging terus ke Aji Nembah, ke
Munthe dan Kuta Bangun. Merga Manik juga terdapat di Pak-pak dan Toba.
4.
Ginting
Sinusinga di Tengging dan Lingga.
Darwan Prinst, S. H., dalam bukunya Adat
Karo menyebutkan, si manteki(pendiri) kuta Singa adalah Ginting
Sinusinga, namun beliau juga menambahkan kalau hal ini belumlah jelas!
5.
Ginting
Seragih di Lingga Julu.
Menurut J.H. Neumann (Nuemann
1972 : 10), Ginting Seragih termasuk salah satu merga Ginting yang tua dan
menyebar ke Simalungun menjadi Saragih, di Toba menjadi Seragi.
6.
Ginting
Sini Suka
Menurut cerita lisan Karo berasal dari Kalasan
(Pak-Pak), kemudian berpindah ke Samosir, terus ke Tinjo dan kemudian ke Guru
Benua, disana dikisahkan lahir Siwah Sada Ginting (Petra :
bacanya Sembilan Satu Ginting), yakni :
§ Ginting Babo di Gurubenua, Munte, dan
Kutagerat.
§ Ginting Sugihen di Sugihen, Juhar, dan
Kutagunung.
§ Ginting Guru Patih di Buluh Naman,
Sarimunte, Naga, dan Lau Kapur.
§ Ginting Suka (ini juga ada di Gayo/Alas)
§ Ginting Beras di Laupetundal.
§ Ginting Bukit (juga ada di Gayo/Alas)
§ Ginting Garamat (di Toba menjadi Simarmata)
§ Ginting Ajar Tambun di Rajamerahe.
§ Ginting Jadi Bata di Juhar.
Kesembilan orang merga Ginting ini mempunyai
seorang saudara perempuan bernama Bembem br Ginting, yang menurut
legenda tenggelam ke dalam tanah ketika sedang menari di Tiga Bembem atau
sekarang Tiga Sukarame, kecamatan Munte.
7.
Ginting
Jawak
Menurut cerita Ginting Jawak berasal dari
Simalungun. Merga ini hanya sedikit saja di daerah Karo.
8.
Ginting
Tumangger di Kidupen dan Kemkem. Marga
ini juga ada di Pak Pak, yakni Tumanggor.
9.
Ginting
Capah di Bukit dan Kalang. Capah
berarti tempat makan besar terbuat dari kayu, atau piring
tradisional Karo.
Sumber
: Dari Berbagai Sumber
I
am Indonesia and I am Karo
Mejuah
- juah man banta kerina
R.G.T
No comments :
Post a Comment