Wednesday, May 22, 2013

Sejarah Singkat Merga Tarigan Jogya

Saya bukanlah seniman, sejarahwan ataupun budayawan, tetapi saya hanyalah salah satu dari masyarakat bangsa karo yang mencintai budaya karo, melalui tulisan ini saya ingin lebih memperkenalkan suku karo kepada khalayak umum dan juga sebagai sarana bagi saya untuk lebih memahami budaya dari suku saya sendiri.karena dengan membuat tulisan ini saya harus membaca banyak artikel & buku mengenai suku karo.

Seluruh tulisan mengenai budaya karo yang saya tulis dibawah ini, saya rangkum dari berbagai sumber. Rangkuman tersebut tentunya saya buat sesuai dengan pemahaman saya tentang karo, kalau ada kekurangan mohon maaf dan mohon koreksinya.

Sebelumnya juga saya belum pernah mendengar marga Tarigan Jogya atau bisa dibilang saya juga baru tahu kalau Tarigan Jogya itu ada dan itupun kalo memang benar benar ada (masalah benar ada atau tidak saya tidak tahu), Tetapi Artikel dibawah ini menunjukkan kalau keberadaan Merga Tarigan Jogya ini memang benar - benar ada, selain itu juga Tertulis sedikit tentang sejarah kerajaan Karo/Haru, saya merasa atikel dibawah ini sangat menarik untuk dibaca. artikel ini saya ambil dari blog http://tariganjogya.blogspot.com.

Diawali pada saat kerajaan Majapahit berperang dengan kerajaan Haru (Kerajaan Karo1) dimana pada masa itu kerajaan Haru (Karo.1) dipimpin oleh Raja Haru.1, yang di gelari dengan Maha Raja di Raja dengan sebutan Maha raja di raja yang turun dari batu, Batu di hulu di kata di hilir,Batu di hilir di kata di hulu, yang bermarga Sembiring Kembaren, dengan pusat kerajaan di sekitar  daerah Bahorok kabupaten Langkat sekarang.

Karena kerajaan Haru (Karo.1)  maju pesat terutama dalam perdagangan, maka berita kerajaan ini cepat tersiar khususnya di daerah kerajaan-kerajaan di sekitar Asia Tenggara, dan sampai juga di kerajaan Majapahit,yang kala itu merupakan salah satu kerajaan terbesar di Asia bahkan sampai ke mdagaskar, dengan angkatan perang yang besar dan tangguh, dipimpin oleh Pati Gajah Mada, mendengar berita bahwa beberapa kerajaan di sekitar Majapahit mengalami kemajuan pesat, maka Kerajaan Majapahit merasa was-was dan tersaingi,merasa terpojokkan.

Sehubungan dengan wibawa dan menjaga keamanan kerajaan Majapahit,maka majapahit berkeinginan untuk menaklukkan beberapa kerajaan yang dianggap maju pesat,dan untuk keinginan itu maka Patih Gajah Mada bersumpah untuk menaklukkan beberapa kerajaan yang ada di sekitarnya, dan sumpah itu terkenal dengan sebutan : Sumpah Palapa  yang berbunyi : “ Saya (Patih Gajah Mada ) tidak akan memakan buah palapa sebelum saya mengalahkan kerajaan Pajang, Dompo, Haru……dst, Haru inilah kerajaan Karo 1 yang dipimpin oleh Maha Raja di Raja yang turun dari batu, Batu di hulu dikata di hilir,Batu di hilir di kata di hulu, yang mempunyai Keris yang sangat sakti mandraguna di sebut dengan : Piso Bala Bari

Kerajaan Karo 1 ( Haru ) dengan kemajuan yng pesat menguasai darah mulai dari sebagian Aceh sampai ke perbatasan Pagaruyung ( Kerajaan di Sumatera Barat ), Kerajaan Karo.1. ( Haru ) pada masa itu telah menggunakan Aksara dengan tulisan dari bawah ke atas dan bahasa Karo ( Haru ) juga merupakan salah satu bahasa yang tertua di Indonesia setelah bahasa Sangsekerta, Bahasa kawi  (Jawa kuno ) dan kemudian bahasa Haru ( Karo ).

Kemudian Pada tahun  1304 masehi Kerajaan Majapahit mulai menyerang kerajaan Haru ( Karo ) dan berperang sampai pada tahun 1305 masehi, dalam peperangan yang begitu hebat,angkatan perang Haru ( Karo ) di pimpin oleh 3 orang panglima besar yaitu :
1.      Panglima Perminak Sagi
2.      Panglima Sijagat
3.      Panglima Siperumang
Ketiga panglima perang kerajaan Haru ( karo ) ini, sangatlah sakti dan ahli dalam strategi perang, sehingga angkatan perang kerajaan Majapahit yang begitu besarpun tak pernah kesampaian cita-citanya menaklukkan kerajaan Haru ( karo ), Salah satu kelebihan ketiga panglima perang kerajaan Haru (Karo) tersebut adalah kemampuannya membuat batas perang ( Mbaleng Perang ), dimana dengan menggunakan peralatan perang sejenis serbuk (bubuk mbaleng pecah Perang ) yang dapat di taburkan dengan mudah di arena peperangan. Serbuk perang tersebut di taburkan dengan berbentuk garis batas, guna membatasi  musuh masuk lebih jauh ke daerah kerajaan Haru ( karo ), sehingga daerah kerajaan Haru ( karo ) dapat di bentengi  dengan taburan serbuk perang yang di taburkan memanjang berupa garis batas.

Serbuk perang tersebut di taburkan memanjang di sepanjang Alur-alur sungai petani (lau Petani) sampai daerah penatapan yang merupakan daerah hulu sungai petani di dekat tahura berastagi sekarang yang berdekatan dengan Gunung Barus ( Deleng Barus ). Hal ini dilakukan karena masuknya tentara kerajaan Majapahit, mulai dari daerah pantai atau daerah hilir sungai petani.

Kelebihan dan kehebatan serbuk perang tersebut yang di buat oleh ketiga panglima perang Haru ( karo ) tersebut, adalah dapat mengantisipasi setiap musuh  yang melewati batas serbuk perang yang telah di taburkan. Jika musuh (tentara kerajaan majapahit) melewati batas perang ( Baleng Perang ) yang berupa serbuk yang sudah di taburkan itu, maka orang tersebut pasti mati, yang hebatnya lagi adalah, Jangankan orangnya yang melewati serbuk batas perang tersebut, Bayangan saja pun melewati batasan serbuk perang tersebut, maka orangnya pasti mati, walaupun orangnya belum melewati serbuk batas perang itu, tapi bayangan orang itu sudah melewatinya, maka orangnya akan tewas. Oleh sebab itu banyak sekali tentara-tentara kerajaan Majapahit yang tewas di alur-alur sungai petani sampai ke daerah penatapan ( Sampuren Kulikap ) di daerah Tahura Berastagi sekarang.

 Dengan situasi perang yang demikian ,sangat membingungkan tentara kerajaan Majapahit untuk dapat melewati lebih jauh kedalam wilayah kerajaan Haru ( karo.1 ),sehingga kerajaan Majapahit tidak pernah mampu mengalahkan kerajaan Haru ( Karo ) sampai akhir tahun 1305 Masehi, tetapi karena begitu hebatnya dan dahsyatnya perang tersebut,ditambah lagi begitu besarnya pasukan Majapahit,Maka sebagian daerah Haru ( karo ) yang tidak di batasi oleh serbuk perang, tentara Majapahit dapat masuk melalui jalur tersebut, seperti halnya dari wilyah Alas-Gayo (sekarang Aceh Tenggara) yang pasukan Haru ( Karo ) di daerah tersebut di pimpin oleh Panglima Udan, sehingga kerajaan Haru ( karo ) berantakan dan tercerai –berai,walaupun tidak sempat terkalahkan oleh kerajaan Majapahit.

Maka pada akhir tahun 1305 Masehi itu, sebagian kerajaan Haru ( karo ) di alihkan menjadi kerajaan Batak Raya yang di pimpin oleh Raja Sisingamangaraja 1 ( Raja gulang-gulang) dan daerah Haru ( Karo ) lainnya seperti taneh Simelungun menjadi Simalungun dan daerah pakpak serta daerah Alas dan gayo ( Sekarang Aceh Tenggara ), kemudian pada daerah-daerah pantai menjadi suku bangsa Maya-maya ( sekarang melayu ).
            
Bersamaan dengan itu pula,sebagian tentara kerajaan majapahit yang selamat dari perang dan tertawan di jadikan tawanan perang, dan kemudian berbalik untuk bergabung denga Haru ( karo ) yang di sebut : Jintera majapahit si ngelandih ku Haru ( karo ), yang kemudian menyesuaikan diri dan masuk ke dalam sub merga-merga yang ada di karo, ke sub merga Ginting, perangin-angin dan karo-karo. Kemudian tentara Haru ( karo ) yang di tawan oleh tentara Majapahit di jadikan tawanan, dan di bawa pulang ke Majapahit sebagai tawanan perang kerajaan Majapahit, yang kemudian sebagai tawanan di tempatkan di berbagai tempat. Sebagian tawanan ( tentara kerajaan Haru ) itu, di tempatkan di daerah lereng Pegunungan Tengger ( sekarang Jawa timur ), sebagian lagi di tempatkan di lereng Pegunungan Gunung Merapi bagian Tenggara ( sekarang kabupaten Klaten ) Jawa Tengah, dan sebagian lagi di tempatkan di lereng Pegunungan Gunung Merapi di bagian selatan ( sekarang Kabupaten Slamen ) Jogyakarta, serta sebagian lagi di tempatkan di daerah Pegunungan Gunung Kidul pada gua-gua kapur ( sekarang daerah kecamatan Ponjong ) Jogyakarta.
            
Sebagaimana umumnya tawanan perang, yang harus mengikuti keinginan penguasa saat itu,dan bagi tawanan juga demi menjaga keamanan dan keselamatan dirinya, maka para tawanan perang  dari kerajaan Haru ( Karo ) itu,berusaha beradaptasi dan menghilangkan identitas jati dirinya dan terus berbaur bersama masyarakat sekitarnya.tetapi beberapa orang yang di tawan didaerah pegunungan tengger yang masih terisolasi tetap mempertahankan budaya asalnya,walaupun identitas jadi dirinya seperti marga sudah dihilangkan sama sekali. Disamping itu beberapa orang tawanan asal kerajaan Haru ( Karo ) masih tetap mempertahankan identitas jati dirinya, dengan membentuk dan menambah identitas baru pada identitas jati diri marganya dari daerah asalnya seperti  Tarigan Jogja , yang di tawan di daerah lereng Pegunungan Gunung Merapi di bagian selatan ( sekarang kabupaten Sleman ) Jogyakarta, Marga Tarigan Jogya  adalah merupakan tawanan perang tentara kerajaan Majapahit pada akhir tahun 1305 Masehi, ketika usai perang Haru tersebut.
            
Oleh sebab itu pula di daerah pegunungan tengger sering kali di lakukan upacara adat yang mirip sekali dengan upacara adat yang ada di adat budaya karo, seperti halnya dalam upacara pemanggilan arwah (perumah Begu ) persis sama dengan adat budaya yang ada di karo baik itu media-media yang di gunakan dalam uparaca adat tersebut sampai sekarang.





I am Indonesia and I am Karo
Mejuah - juah man banta kerina


R.G.T



No comments :