Wednesday, February 5, 2014

Bangunan – Bangunan Tradisional Suku Karo

Saya bukanlah seniman, sejarahwan ataupun budayawan, tetapi saya hanyalah salah satu dari masyarakat bangsa karo yang mencintai budaya karo, melalui tulisan ini saya ingin lebih memperkenalkan suku karo kepada khalayak umum dan juga sebagai sarana bagi saya untuk lebih memahami budaya dari suku saya sendiri.karena dengan membuat tulisan ini saya harus membaca banyak artikel & buku mengenai suku karo.


Seluruh tulisan mengenai budaya karo yang saya tulis dibawah ini, saya rangkum dari berbagai sumber. Rangkuman tersebut tentunya saya buat sesuai dengan pemahaman saya tentang karo, kalau ada kekurangan mohon maaf dan mohon koreksinya.

Suku karo merupakan suku yang memiliki berbagai macam bentuk kebudayaan yang unik dan sangat bagus. Salah satu dari hasil kebudayaan itu adalah arsitektur bangunannya yang sangat bagus. Bahkan banyak dari bangunan tradisional karo yang berusia ratusan tahun dan masih ditempati hingga saat ini.

Meskipun rumah adat karo masih ada yang bertahan hingga saat ini. Tapi, sepertinya kurang perhatian. Sehingga banyak dri bangunan tersebut yang sudah rusak bahkan hilang sehingga jumlahnya saat ini sangat sedikit, bahkan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Sebenarnya sangat disayangkan, mengingat arsitektur dari bangunan tersebut sangat unik dan beda dengan bangunan tradisional yang lainnya.
Selain Bangunan Rumah Tradisional yang biasa disebut dengan rumah siwaluh jabu,sebenarnya suku karo masih memilki beberapa jenis bangunan tradisional lainnya, hanya saja selama ini kebanyakan orang hanya tahu rumah siwaluh jabu. Berikut ini adalah bangunan – bangunan tardisional masyarakat karo.

1.    Rumah Adat Karo
Rumah adat karo adalah merupakan rumah yang sangat megah dan berbentuk rumah panggung, bangunan rumah adat ini adalah merupakan bangunan yang dijadikan tempat tinggal oleh masyarakat karo. Bangunan ini biasa juga disebut dengan Rumah siwaluh Jabu. Rumah adat ini juga sebenarnya terdiri dari dua jenis rumah adat yaitu :
1.) Berdasarkan Bentuk atap, dapat dibagi menjadi dua jenis Yaitu
    • Rumah sianjung – anjung, rumah ini memiliki muka empat atau lebih dan atapnya memiliki satu tersek (tingkat) atau lebih dan diberi tanduk
    • Rumah Mecu, Merupakan rumah yang sederhana, bermuka dua dan diberi tanduk disetiap ujung atapnya

2.) Berdasarkan Bentuk tiangnya (binangun), dibagi menjadi dua jenis yaitu
    • Rumah sangka Manuk, merupakan Bangunan yang memiliki tiang (Binangun) yang berbentuk balok dan dibuat saling bertindih
    • Rumah Sendi, Rumah ini memiliki tiang (Binangun) yang berdiri dan tiang - tiang tersebut akan di buat saling berhubungan dengan menggunakan balok, sehingga bangunan tersebut akan menjadi lebih kokoh. Rumah ini biasa juga disebut dengan rumah Sendi Gading Kurungen Manik 

2.    Jambur
Bentuk bangunan ini mirip dengan Rumah Adat Karo, namun bangunan ini bukan merupakan rumah panggung dan tidak berdinding, kemiripan bangunannya terletak pada kemiripan bentuk atap bangunan. Jambur adalah tempat bagi masyarakat karo untuk melakukan pertemuan masyarakat kampung, acara pesta adat, tempat mengadili orang – orang yang bersalah dan juga dijadikan sebagai tempat tidur bagi pemuda karo

3.    Kantur – kantur
Pada masa lalu bangunan ini merupakan bangunan yang dijadikan tempat pertemuan antara Raja dan para pemuka masyarakat, bangunan ini terletak di sebelah timur dari rumah raja dan bentuknya lebih kecil dari rumah siwaluh jabu.

4.    Sapo Ganjang/Sapo Page (padi)
Sapo ganjang bentuknya mirip dengan Kantur – kantur hanya saja lebih kecil. Bangunan ini terdiri dari dua tingkat/bagian, tingkat pertama dari bangunan ini tidak berdinding dan biasa dijadikan sebagai ruang tamu, bersantai dan juga tempat tidur bagi pemuda karo. Sedangkan tingkat kedua diberi dinding dan dijadikan sebagai tempat penyimpanan/lumbung padi dan biasanya dimiliki oleh beberapa keluarga. Sedangkan lumbung yang merupakan milik tiap – tiap keluarga biasanya diletakkan dibawah lantai tiap rumah berbentuk silinder besar dan terbuat dari anyaman bambu.

5.    Geriten
Geriten memiliki fungsi Utama sebagai tempat menyimpan tulang – tulang dari keluarga pemilik geritan yang sudah meninggal. Bangunan berbentuk seperti rumah adat namun bentuknya jauh lebih kecil. Bangunan ini terdiri dari empat sisi dan juga terdiri dari dua lantai, lantai pertama tidak berdinding dan dijadikan sebagai tempat duduk atau tempat berkumpul, terutama bagi kaum muda mudi. Biasanya lantai pertama ini dijadikan sebagai tempat bertemunya seorang pemuda dan gadis untuk saling lebih mengenal antara satu dengan yang lainnya. sedangkan lantai keduanya memiliki dinding dan dijadikan sebagai tempat penyimpanan tulang keluarga yang sudah meninggal. Lantai pertama geriten memiliki pintu yang berfungsi sebagai tempat memasukkan tulang –tulang orang yang meninggal ke lantai dua.

6.    Lesung
Lesung adalah bangunan yang biasa digunakan oleh penduduk zaman dahulu untuk menumbuk padi, dan juga menumbuk beras menjadi tepung karena pada zaman dahulu belum ada mesin gilingan seperti saat ini. Bangunan Lesung merupakan bangunan panggung yang dipasangi dua buah kayu besar yang memanjang dari sisi utara sampai kesisi selatan bangunan, dimana pada kedua sisi kayu tersebut telah dibuatkan lubang lesung dengan jarak yang disesuaikan. Lesung mempunyai tiga puluh empat buah lubang tempat menumbuk padi. Letak lubang ada yang berpasang-pasang dan ada pula yang sebaris memanjang. Lesung ini terletak dalam sebuah bangunan berpanggung yang tidak berdinding. Bangunan ini mempunyai enam buah tiang-tiang besar, tiga sebelah kanan yang disebut binangun Pinem. Di sebelah atas terdapat tiga buah tiang yang membujur ke belakang tekang. Di antara tekang dan Binangun Pinem terdapat tiga lembar papan tebal sebagai penghubung supaya kuat Di atas tekang terdapat empat buah tiang yang disebut tula-tula, dan sebuah tiang yang menjulang ke atas atap disebut tunjuk langit. Pada tunjuk langit ini terdapat tiga buah tiang memalang dan lima buah yang sejajar dengan tekang yang disebut pamayong. Antara tekang dengan binangun pinem terdapat kain putih, yang gunanya untuk menghormati roh-roh penjaga rumah. Dan untuk penyangga tiang supaya jangan mudah ambruk apabila angin topan datang, sehingga bangunan tidak mudah roboh.

Sumber : Dari Berbagai Sumber

I am Indonesia and I am Karo
Mejuah - juah man banta kerina


R.G.T



No comments :