Monday, January 27, 2014

Rumah Adat Karo (Bag II)

Saya bukanlah seniman, sejarahwan ataupun budayawan, tetapi saya hanyalah salah satu dari masyarakat bangsa karo yang mencintai budaya karo, melalui tulisan ini saya ingin lebih memperkenalkan suku karo kepada khalayak umum dan juga sebagai sarana bagi saya untuk lebih memahami budaya dari suku saya sendiri.karena dengan membuat tulisan ini saya harus membaca banyak artikel & buku mengenai suku karo.


Seluruh tulisan mengenai budaya karo yang saya tulis dibawah ini, saya rangkum dari berbagai sumber. Rangkuman tersebut tentunya saya buat sesuai dengan pemahaman saya tentang karo, kalau ada kekurangan mohon maaf dan mohon koreksinya.

Proses Pembuatan Rumah Adat Karo

Keinginan mendirikan rumah terlebih dahulu dilakukan melalui permufakatan (Pesada arih) antara raja bakal pemilik rumah (bena kayu) dengan isteri, kemudian yang bersangkutan menanyakan pihak keluarga pemberi istri (kalimbubu) untuk tinggal bersama, selanjutnya memberitahukan pihak keluarga penerima istri (anak beru), dan diakhiri dengan memanggil biak senina, sehingga lengkap empat atau
delapan keluarga. Pembangunan Rumah adat karo biasanya akan dilakukan secara bergotong royong bersama masyarakat kampung.

Setelah terjadi pemufakatan dalam pembangunan rumah adat tersebut. Selanjutnya keluarga yang berniat membangun rumah adat karo akan terlebih dahulu  menanyakan kepada Guru peniktik wari sitelu puluh (Orang yang mengetahui kapan hari baik hari baik untuk melakukan suatu kegiatan) kapan bulan dan hari yang baik untuk mulai pembangunan tersebut.
Setelah bulan dan hari yang ditentukan tiba maka mulailah pande (tukang) pergi ke hutan untuk menebang kayu yang pertama. Pande/tukang rumah dalam masyarakat karo ada dua yaitu :
1.       Pande Namura
2.       Pande Rambu – rambu
Penebangan kayu yang pertama ini disebut dengan ngempak, sedangkan jenis kayu yang ditebang di sebut dengan kayu nderasi . pada saat pande menebang kayu tersebut arah tumbangnya kayu juga akan dperhatikan, karena ini akan dijadikan pedoman untuk kerja selanjutnya. Karena pedoman ini baik menurut guru peniktik wari.
Setelah penebangan kayu pertama selesai. Maka, mulailah masyarakat kampung secara bergotong royong  pergi kehutan untuk menebang kayu – kayu lain yang dibutuhkan. Kayu yang akan ditebang biasanya aka berada jauh didalam hutan sehingga akan membutuhkan banyak orang untuk menarik kayu tersebut, pada saat seperti inilah pande tua atau pande namura harus bisa menghimpun masyarakat kampung untuk bekerjasama dalam pembangunan rumah adat tersebut. Kayu yang ditebang biasanya akan dibawa melalui sungai. Salah satu sungai yang dipakai biasanya adalah sungai lau biang, sungai ini sangat besar dan letaknya membujur dari timur ke barat.
Pada saat akan mengeluarkan kayu dari sungai dan membawanya lokasi pembangunan juga akan dilakukan secara bergotong royong. Pada saat proses ini kaum ibu biasanya akan membangkit – bangkitkan semangat para pria dengan menyebut dewa – dewa gunung agar jangan ada yang mengalami celaka saat menggotong kayu tersebut. Pada saat menarik atau menggotong kayu tersebut biasanya akan desertai juga dengan menyanyikan lagu yang disebut dengan lagu ngerintak kayu, fungsi lagu ini biasanya untuk menambah semangat para pria yang membawa kayu tersebut. Berikut ini adalah melodi dan lirik dari lagu tersebut.

6       5     5       5     5   5     0     6     5     5       5     5     5
Ah    o     ole           o                 ah   o    ole            o     le

Setelah kayu yang dibutuhkan dibawa semua kelokasi pembangunan. Selanjutnya, kayu akan mulai dipahat oleh pande namura, dalam membangun ini pande namura akan bekerjasama dengan pande rambu rambu. Bangunan Rumah adat tersebut akan dibangun tanpa menggunakan paku, kawat ataupun bahan – bahan dari besi sebagai alat perekatnya, tapi hanya akan menggunakan kayu dan ijuk.
Pada bagian puncak dari rumah adat tersebut akan di ikatkan dua buah tanduk kerbau. Tandu ini terdiri dari tanduk kerbau jantan yang terletak pada puncak bena kayu dan tanduk kerbau betina yang terletak pada puncak ujung kayu dan pemasangannya akan dilakukan pada malam hari sesuai dengan kebiasaan dan kepercayaan masyarakat. Selain itu ad juga tutup langit yang merupakan bagian wajah dari rumah adat tersebut. Tutup langit ini biasanya penuh dengan ukiran dan untuk melengketkannya harus diadakan upacara terlebih dahulu. Upacara ini dilakukan sesuai dengan kepercayaan masyarakat karo pada saat itu, upacara ini disebut dengan “Nimpa Bulung Simalem malem”. Pada proses ini seluruh keluarga yang memiliki rumah yang dibangun tersebut harus mengadakan jamuan . setelah proses upacara tersebut selesai barulah tutup langit akan di lengketkan.
Tiap – tiap rumah adat karo mempunyai nama sendiri, yaitu :
1.       Rumah Gerga
2.       Rumah Sangka Manuk
3.       Rumah Derpih
4.       Rumah Mbelin
5.       Rumah Ratah
6.       Rumah Berneh
7.       Rumah sibelan Ayo
8.       Rumah Siganjang Para
9.       Rumah anjung – anjung
10.   Rumah Tersek
Rumah Adat karo merupakan rumah memiliki arsitektur yang sangat mengagumkan.

Sumber : Dari Berbagai Sumber

I am Indonesia and I am Karo
Mejuah - juah man banta kerina


R.G.T



No comments :